Rahim Pengganti

Bab 120 "Pernikahan Elsa & Arga"



Bab 120 "Pernikahan Elsa & Arga"

0Bab 120     
0

Pernikahan Elsa & Arga     

Setelah pertemuan semalam, hari ini Om Arga mengajak Tante Elsa untuk pergi ke beberapa tempat, untuk mengurus pernikahan mereka. Pria itu terlihat berbeda, tidak biasa nya Om Arga berpenampilan seperti ini. Hal itu membuat Tante Elsa kaget dengan apa yang dilakukan oleh pria yang ada di depannya saat ini.     

"Om Arga!!" ucap Siska kaget. Pria yang biasa nya menggunakan pakaian formal bahkan sangat rapi itu tiba tiba menggunakan pakaian santai. Kaos hitam dengan celana jeans navy, membuat aura penampilan Om Arga terlihat sangat mempesona.     

Arga tersenyum, diri nya yakin bahwa orang orang akan kaget dengan perubahan penampilan nya saat ini. Semalam setelah pulang dari pertemuan itu, Om Arga bersiap dengan diri nya untuk bisa pergi hari ini. Bahkan kedua orang tua Arga bingung akan sikap sang anak yang benar benar berbeda.     

"Saya boleh masuk?" tanya Arga. Siska hanya menganggukkan kepalanya, wanita itu bingung harus bersikap seperti apa. Hingga akhirnya, Arga duduk di sofa di ikuti oleh Elsa.     

"Kamu gak ke sambet sesuatu, kan?" tanya Elsa. Wanita itu menatap ke arah Arga.     

"Saya kenapa? Apa yang saya lakukan?" tanya Arga bingung. Pria itu tidak mengerti dengan ucapan yang dilontarkan oleh Elsa.     

Keduanya terdiam di tempat, tidak tahu harus mengatakan apa sehingga Elsa menghela nafas nya berat.     

"Kita hanya mau diam seperti ini terus? Nggak jadi pergi? Atau gimana gitu?" tanya Tante Elsa.     

***     

Tidak ada suara yang ditimbulkan oleh mereka berdua hanya suara mesin mobil yang terdengar. Tante Elsa dan Om Arga saat ini akan pergi ke salah satu butik yang sudah di rekomendasikan oleh Carissa. Dan hal yang tidak mengenakan di sini adalah, Siska hanya bisa diam melihat kedua orang dewasa yang tiba tiba kembali saling diam. Padahal sebelumnya, atau semalam kedua orang itu sudah lebih baik tidak seperti saat ini.     

"Tante sama Om gak ada yang mau di bahas gitu?" ucap Siska. Om Arga melirik Siska dari kaca spion.     

"Emang apa yang harus di bahas?" tanya Om Arga kembali. Siska hanya bisa menghela nafas nya berat, Siska hanya bisa diam tidak tahu harus berkata apa lagi. Sudah hilang semangat nya, seharus nya Siska tidak ikut bersama mereka.     

"Mending gue di kamar, nonton Drakor di bandingkan di sini udah kayak nyamuk," gumam Siska dalam hati.     

Mobil yang dikendarai oleh, Arga akhir nya sampai di butik rekomendasi yang sudah diberitahukan oleh Carissa.     

"Kenapa diam? Ayo turun," ajak Siska. Tapi kedua manusia itu, masih diam di tempat nya masing masing. Melihat hal itu hanya membuat Siska mengerang kesal. Sungguh di saat seperti ini, rasa nya Siska ingin pergi ke ujung bumi.     

Siska segera keluar, lalu diikuti oleh kedua calon pengantin itu. Ingin mengumpat namun, tak sanggup itulah yang di rasakan oleh Siska saat ini.     

Ketiga nya masuk ke dalam butik, tidak banyak kata yang dilontarkan. Siska langsung memberitahu maksud dan tujuan mereka datang, tak lama salah satu asisten pemilik butik menghampiri mereka. Siska lalu mengajak Tante Elsa untuk mencoba beberapa gaun pengantin begitu juga dengan Om Arga.     

"Oke om sama Tante coba aja dulu mau gaun dan jas yang mana yang cocok, setelah itu baru keluar. Aku mau lihat pilihan kalian, jangan bikin malu. Buruan," ucap Siska. Kedua nya mengikuti apa yang diucapkan oleh Siska. Tante Elsa dan Om Arga mulai masuk ke dalam ruang ganti, di dalam sana ternyata sudah ada beberapa gaun dan pakaian yang harus kedua nya pilih.     

"Astaga harus pilih yang mana," gumam Tante Elsa. Ada 4 gaun pengantin, di depan nya saat ini. Sungguh dirinya tidak mengerti gaun mana yang harus dia ambil. Tante Elsa lalu mencoba satu per satu gaun tersebut, hingga wanita itu jatuh cinta pada gaun berwarna soft pink yang sangat indah, bagian atas sedikit terbuka. Serta bagian bawah yang mengembang, membuat gaun tersebut terlihat begitu pas saat di pakai oleh Elsa.     

Begitu juga dengan Om Arga, pria itu menjatuhkan pakaian berwarna senada padahal sebelumnya tidak ada pembicaraan di antara mereka. Tapi pilihan nya, bisa sama. Siska yang sedang, menunggu terlihat kesal karena kedua orang itu sangat lama.     

"Apa harus selama ini sih, ya ampun sakit kepala aku melihat Om Arga dan Tante Elsa," ucap Siska dalam hati. Wanita itu sudah banyak mengumpat di dalam hati karena melihat keduanya yang membuat hati kesal.     

Tak lama Om Arga, keluar dari ruangan tersebut. Siska terpesona dengan apa yang dia lihat di depannya saat ini. Bukan hanya Siska, tapi juga dua orang karyawan butik yang menatap Om Arga dengan penuh kekaguman.     

Sosok pria yang begitu tampan, dan penuh karisma itu terlihat sangat hot. Siska berjalan mendekati calon suami Tante nya itu.     

"Om nikah sama aku aja ya," ucap Siska. Arga melotot mendengar ucapan Siska. Bisa bisa nya Siska berbicara seperti itu.     

"Ha … ha … ha … ha … santai om, jangan memasang wajah seperti itu. Tenang om tenang," ucap Siska. Arga yang tadinya menahan nafas akhir nya menghembuskan nafas nya lega. Pria itu sangat takut, jika apa yang diucapkan oleh Siska benar bisa gawat dunia persilat.     

Siska terus menerus meledek Om Arga, membuat pria itu tersenyum duh rasa nya saat ini Om Arga sudah sangat malu dengan ledekan yang dilemparkan oleh Siska.     

Mata Siska melotot tajam melihat ke arah depan. Melihat Siska terdiam, membuat Om Arga segera menoleh ke arah belakang.     

"Cantik," gumamnya dengan nada sangat kecil. Mendengar hal itu membuat kedua pipi Elsa bersemu merah. Wanita itu menundukkan kepalanya. Lalu, berjalan ke arah Arga dan Siska.     

"Ya ampun Tante cantik banget, ya ampun aku jadi mau nikah. Aduhh, mana calon mana calon," ujar Siska begitu kencang. Wanita itu sangat heboh dengan apa yang dia lihatnya saat ini, dengan riasan seperti ini saja Tante Elsa sudah terlihat sangat cantik. Apa lagi jika nanti, di rias dengan begitu indah saat menikah.     

Pandangan Om Arga tidak berkedip. Pria itu menatap dengan mata yang terbuka lebar. Melihat tatapan Om Arga seperti itu semakin membuat Tante Elsa bersemu merah.     

"Jadi Tante mau pakai yang ini aja atau kita cari yang lain?" tanya Siska. Tante Elsa menatap ke arah Om Arg, dari sorot mata nya terlihat meminta pendapat pria di depannya saat ini.     

"Ini model nya memang terbuka seperti ini?" tanyanya. Sudah sejak tadi Om Arga sedikit terganggu dengan baju bagian atas, Tante Siska yang begitu terbuka. Pria itu sedikit tidak suka dengan hal tersebut.     

"Iya pak. Desain pakain ini memang seperti itu, leher terlihat terbuka dengan beberapa aksen pendukung lainnya." Mendengar jawaban itu membuat Om Arga menganggukkan kepalanya meskipun dirinya tidak suka namun, jika pilihan ini disukai oleh wanita nya Arga tidak mungkin menolak.     

"Jadi gimana Om dan Tante?"     

"Ambil ini saja." Siska tersenyum bahagia saat mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Arga. Segera Siska meminta kedua karyawan butik tersebut untuk memulai memberikan beberapa aksen tambahan untuk gaun tersebut, Elsa sudah menyerahkan semua hal kebutuhannya kepada keponakannya itu supaya dirinya tidak terlalu pusing memikirkan hal yang rumit ini.     

***     

Setelah selesai, urusan gaun ketiganya pergi menuju salah satu Mall untuk melihat lihat cincin pernikahan. Kali ini suasana yang terjadi tidak seperti tadi, Om Arga sudah mulai mau berbicara dan membangun keadaan supaya lebih baik hal itu membuat Siska yang awalnya hanya cemberut sedikit lebih santai.     

Bahkan wanita itu terus menerus melemparkan ledekan kepada Arga dan Elsa. Tante Elsa yang selalu ceriwis saat ini sudah menjadi seperti putri malu yang tidak banyak berbicara.     

"Kamu mau cincin seperti apa?" tanya Om Arga. Mendengar hal itu, membuat, Elsa menoleh ke arahnya. Siska yang duduk di kursi belakang berpura pura fokus dengan ponsel nya padahal wanita itu sudah siap menjadi pendengar yang baik untuk hal ini.     

"Sederhana tapi memiliki makna yang laut biasa," jawab Tante Elsa. Mendengar jawaban yang terlontar dari bibir, Elsa membuat Arga tersenyum bahagia. Apa yang ada di dalam pikirannya sama seperti keinginan Elsa.     

"Oke."     

Jawaban singkat itu memutuskan pembicaraan di antara mereka. Lalu mobil yang di kendarai oleh Arga sudah terparkir dengan rapi di sebuah basement Mall. Ketiga segera, berkeluar dan masuk menuju salah satu toko perhiasan yang ada di sana.     

Siska membiarkan kedua nya memilih cincin yang di inginkan oleh mereka. Sedangkan diri nya sibuk melihat lihat beberapa bentuk model terbaru, Siska sangat suka cincin yang terlihat sederhana tapi begitu mewah.     

"Serius amat milihnya," ucap seseorang. Siska menoleh ke arah orang itu, tubuh nya menegang saat melihat siapa. Siska segera pergi dari sana namun, tangan nya di cekal oleh seseorang membuat Siska dan pria itu saling menatap satu dengan lainnya.     

Keduanya saling menatap, tatapan tajam penuh kebencian terlihat sangat jelas diberikan oleh Siska sedangkan pria itu memberikan tatapan penuh kekecewaan yang mendalam.     

"Lepas!!" ucap Siska. Wanita itu sudah menahan kekesalannya, saat ini dirinya begitu kesal dan muak dengan orang tersebut, sungguh Siska saat ini ingin berteriak namun, tak mampu.     

"Please jangan menghindari aku terus. Please aku butuh bicara dengan kamu," ucapnya dengan nada memohon. Siska yang sudah dilihat oleh orang orang di sekitar hanya bisa memejamkan matanya, wanita itu menarik nafasnya dalam lalu menghembuskan nya.     

"Ayo … mau bicara di mana," ucap Siska. Wanita itu tidak ingin berlama lama berada di dekat pria itu, pria yang begitu membuat hati nya sakit dan sangat sakit.     

***     

Siska dan Xavier duduk berdua di sebuah restoran yang ada di salah satu tempat di dalam Mall ini. Kedua nya masih saling berdiam diri, tidak ada ucapan dan perkataan sedikit pun yang terlontar dari mulut kedua nya. Siska sudah jengah menunggu pria di depan nya untuk berbicara di lirik nya jam sudah tigabpuluh menit diri nya habis kan untuk diam saja di tempat ini.     

Sedangkan saat ini Xavier bingung harus memulai semuanya dari mana, pria itu tidak tahu harus mengatakan apa. Berada di dekat Siska sudah membuat blank lidahnya keluh saat ini berbicara.     

"Kalau tidak ada yang ingin di bicarakan lebih baik saya pergi. Ada banyak hal yang harus saya kerjakan," ucap Siska dengan begitu tenang. Wanita itu tidak menunjukkan bahwa saat ini dirinya begitu gugup berada di sana.     

"Tunggu!!" balas Xavier. Mata Siska menatap dengan begitu tajam ke arah Xavier. Wanita itu benar benar tidak ingin terlihat lemah di depan pria tersebut.     

"Gue mau minta maaf. Gue tahu apa yang terjadi di masa lalu, adalah sebuah kesalahan yang begitu fatal dan mungkin tidak akan mudah di maafkan. Tapi gue tulus, mau minta maaf sama lo," ucapnya. Mendengar hal itu, membuat Siska jengah astaga kemana saja pria itu selama ini. Kenapa baru saat ini mengatakan semuanya, kemana dia saat Siska terluka, saat Siska menangis dan bersedih bahkan hancur.     

Siska menatap Xavier dengan tatapan biasa biasa saja. Bahkan disk terlihat memberikan senyuman manis. Senyuman yang selama ini dirindukan oleh Xavier.     

"Sudah?" tanya Siska.     

Xavier bingung dengan ucapan yang dilontarkan oleh Siska pria itu tidak mengerti apa maksud dari ucapan tersebut.     

"Maksud lo apa?" tanya Xavier lagi. Siska lalu memasukan handphonenya ke dalam tas, wanita itu beranjak dari tempat duduknya dan mulai melangkahkan kakinya. Melihat hal itu, membuat Xavier segera beranjak dari tempat duduknya.     

"Mau kemana?"     

"Saya harus pergi, tidak ada lagi yang harus dibahas saat ini. Terima kasih," ucapnya. Siska pergi tanpa menghiraukan panggilan Xavier yang sudah memanggilnya.     

***     

Siska terdiam di tempat ini, tidak tahu harus berkata apa. Pikirannya tertuju dengan pertemuan tadi, pertemuan yang tidak diinginkan oleh Siska. Wanita itu segera pergi, dirinya tidak mau meneteskan air mata kembali di depan pria itu.     

"Kamu dari saja Siska?" tanya Tante Elsa. Siska menoleh dan menampilkan senyuman yang begitu menawan.     

"Tadi ketemu teman sebentar Tante, jadi ketemuan dulu," ucapnya.     

Tante Elsa hanya menganggukkan kepalanya, wanita itu tidak bertanya lebih lanjut, karena melihat perubahan ekspresi wajah yang terlihat jelas. Mereka lalu pergi menuju ke parkiran, karena masih ada tempat yang harus dikunjungi.     

Pukul 20.00 malam mereka bertiga baru sampai di rumah, rasanya saat ini Siska begitu lelah dengan banyak hal yang terjadi. Wanita itu lalu masuk ke dalam kamarnya, membersihkan diri dan tidur karena benar benar hari ini menguras banyak energinya.     

"Kamu hati hati pulangnya," ucap Elsa. Om Arga menganggukan kepalanya, pria itu lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi ke dari tempat itu. Setelah melihat mobil Arga berjalan jauh, Tante Elsa segera masuk ke dalam rumah.     

"Ceria banget wajahnya tan," tegur Carissa.     

Tante Elsa menoleh ke arah, sofa wanita itu lalu duduk di sana di samping Carissa. Di sana bukan hanya ada Caca, tapi ada Bian dan juga bunda Iren. Ketiga nya sudah menunggu, mereka sejak tadi bahkan Melody saja sudah kelelahan dan tidur lebih dulu.     

"Hari ini kemana aja Sa?" tanya Bunda Iren.     

"Banyak mbak. Sampai ini kaki mau lepas, kasihan sama Siska yang bantuin kami, dia pasti lelah banget."     

"Sudah sampai mana persiapan semuanya?" tanya Bunda Iren lagi.     

"Sudah hampir 75% mbak. Koneksinya Mas Arga gercep banget. Aku sampai geleng geleng sendiri," ujar Elsa.     

"Wih. Gercep banget sih tan. Satu hari bisa 75% persiapannya, gila cepet banget," sahut Bian.     

Elsa juga tidak tahu, semua berjalan dengan sangat lancar. Semua persiapan pernikahan dirinya begitu cepat, bahkan beberapa vendor juga ready di tanggal yang mereka tetapkan. Hal itu juga membuat Elsa sedikit lebih tenang karena semua habis selesai.     

Hari demi hari berganti dengan sangat cepat, hari di mana pernikahan besar ini akan terjadi sudah di depan mata. Semua persiapan yang sudah di siapkan semuanya dengan sangat rapi dan benar. Hari ini semuanya sudah siap dengan urusan masing masing, Om Arga dan keluarganya sudah berkumpul di tempat acara. Sedangkan Tante Elsa, dan lainnya juga menunggu di tempat berbeda.     

"Tante cantik banget," ujar Siska yang masuk ke dalam kamar hotel, bersama dengan Carissa dan Bunda Iren. Ketiganya sudah dirias di kamar mereka masing masing, dan setelah selesai mereka masuk ke dalam kamar ini.     

"Tante deg degan banget. Astaga takut nanti Mas Arga salah sebut," ucap Elsa dengan begitu gugup.     

"Kamu tenang saja. Semua akan sempurna seperti yang kamu inginkan. Jangan terlalu dipikirkan," jawab Bunda Iren. Wanita itu memberikan begitu banyak support untuk Elsa supaya wanita itu baik baik saja.     

***     

Sah     

Sah     

Sah     

Teriakan dari semua orang membuat rasa gugup di diri kedua manusia itu bisa bernafas dengan sangat lega. Dengan satu tarikan nafas Arga mengucapkan ijab kabul dengan begitu sempurna. Bahkan saat itu terjadi, Elsa juga merasakan sesuatu hal yang begitu berbeda.     

Tapi saat Arga mengucapkannya dengan begitu lancar, perasaan Elsa langsung seketika lega dan baik baik saja.     

"Ayo," ucap Bunda Iren. Elsa di tuntun untuk berjalan ke arah, tempat duduk di mana Arga sudah berada.     

Malam harinya, resepsi pernikahan mereka sudah digelar. Malam ini Tante Elsa begitu sangat cantik begitu juga Om Arga yang begitu tampan dengan setelan jas dan gaun pengantin yang mereka gunakan.     

Semua pasang mata, tertuju kepada mereka. Bukan hanya Elsa dan Arga yang jadi artisnya malam ini. Tapi Carissa dan Bian juga, aura ibu hamil itu terlihat sangat jelas, kecantikan terpancar begitu sempurna.     

"Kita kembali ke dalam kamar aja ya," ajak Bian. Pria itu sudah malas melihat mata para laki laki yang ada di sana menatap Carissa dengan tatapan lapar. Padahal pakaian yang digunakan oleh Carissa tertutup tidak seperti gaun yang digunakan Siska yang sedikit terbuka.     

"Loh kenapa Mas. Ini acaranya baru mulai loh. Kenapa harus ke kamar sih?" tanya Carissa bingung. Wanita itu tidak mengerti dengan apa yang diungkapkan oleh sang suami.     

"Mas malas melihat mereka mereka menatap kamu dengan tatapan lapar. Mereka gak boleh seperti itu, kamu hanya punya Mas."     

Mendengar ucapan itu membuat mata Carissa melotot tajam, wanita itu tidak habis pikir dengan apa yang diucapkan oleh suaminya.     

"Gak usah aneh aneh sih Mas. Biarkan mereka mau seperti apa," ujar Carissa.     

Bian hanya bisa menghela nafasnya berat. Pria itu tidak suka dengan tanggapan yang diberikan oleh sang istri seperti ini. Bian lalu duduk di dekat istrinya mendekatkan kursi tersebut supaya orang orang bisa melihat jika, Carissa hanya milik nya.     

Acara demi acara berjalan dengan lancar, bahkan semua tamu undangan yang diundang sudah mulai pulang. Tante Elsa sudah lelah, terlihat dari ekspresi wajahnya yang begitu sendu.     

"Capek?" tanya Om Arga. Tante Elsa menganggukan kepalanya.     

"Kita langsung ke kamar aja ya," ucap Om Arga.     

"Tapi tamunya masih ada. Tidak mungkin kita meninggalkan mereka," jawab Tante Elsa. Arga segera pergi dari tempat tersebut namun, tak lama pria itu kembali mendekati Elsa.     

"Ayo. Saya sudah izin dengan Mama dan Papa serta yang lainnya. Mereka juga menyarankan untuk kita segera pergi ke dalam kamar. Untuk beristirahat," ucap Om Arga. Mendengar ucapan itu membuat Elsa menganggukkan kepalanya, lalu segera mereka berdua pergi dari sana menuju kamar mereka.     

Tangan Arga tak pernah lepas menggenggam tangan Elsa. Keduanya berjalan dengan saling beriringan, senyum di wajah Elsa dan Arga juga tidak pernah luntur, bahagia ya itulah yang dirasakan oleh keduanya.     

Di lain tempat, seorang pria sedang menghancurkan semua barang barang yang ada di ruangan nya. Kabar pernikahan Elsa dan Arga hari ini benar benar membuat dia kesal, semua rencannya jadi gagal.     

"Bangsat!!!" ucapnya dengan begitu amarah. Pria itu sudah terlihat sangat kacau, bahkan tangan nya juga sudah menimbulkan darah yang mengalir. Sungguh hal ini tidak diinginkan, bukan kebahagia yang ingin dia lihat. Tapi sebuah kehancuran namun, apa yang terjadi pernikahan Elsa dan Arga dilakukan secara mewah dan megah.     

"Siala … kenapa bisa terjadi seperti ini. Kurang ajar, lihat tidak akan pernah ada kebahagian untuk kalian," ucapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Bahkan angin saja sepertinya enggan lewat di depan pria itu. Tatapan mata yang begitu tajam, serta emosi yang sedang tinggi membuat semua orang takut jika melihatnya.     

"Mas pelan pelan," ujar Elsa. Saat ini Arga sedang membantu istrinya itu melepaskan gaun dan juga hiasan kepalanya. Banyak sekali pernak pernik yang dipasangkan di kepala Elsa. Membuat wanita itu lelah melepaskannya seorang diri, hingga akhirnya meminta Arga untuk membantunya.     

"Maaf … saya tidak sengaja," jawabnya dengan nada bersalah.     

Cukup lama, keduanya masih sibuk dengan urusan pernak pernik tersebut, sedangkan kedua orang lainnya saat ini sedang memadu kasih. Bian dan Carissa sedang menikmati malam mereka, dengan begitu indah. Perut yang semakin buncit tidak menghalangi Bian mencapai puncaknya. Pria itu semakin bersemangat, melakukannya. Nafas keduanya masih tersengal-sengal dengan aktivitas yang keduanya lakukan.     

"Massshhhh Bian!!" teriak Carissa dengan kencang, saat dirinya merasakan pelepasan yang berulang kali, bersamaan dengan Bian yang juga mencapai puncaknya.     

Setelah selesai, Bian langsung memeluk istrinya membawa sangat istri ke dalam dekapannya. Carissa menarik selimutnya dan keduanya tertidur dengan begitu nyenyak.     

***     

Pintu kamar mandi terbuka dengan sangat lebar, hal ini membuat jantung Elsa berdebar dengan sangat hebat, astaga rasanya saat ini jantung Elsa ini copot. Arga keluar dari dalam sana, mata Elsa dan Arga segera bertemu. Pesona yang ditampilkan oleh Arga membuat mata Elsa tidak mampu berkedip.     

"Ka-kamu mau ke kamar mandi lagi?" tanya Arga. Pria itu berusaha menutupi kegugupan di dalam dirinya. Elsa langsung mengelengkan kepalanya, dan kembali menatap ke arah acara sembari mengaplikasikan rutinitas yang sering dirinya lakukan.     

##     

Bommm bab terpanjang hari ini untuk kalian semua. Selamat membaca yaa guys, semoga suka. Love you, sehat terus yaa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.